News  

Jabar Genjot Pangan Lokal, Sorgum Jadi Andalan Sehat

sorgum (int)

RujukanDesa.com- Jawa Barat, dengan luas wilayah dan populasi yang besar, kini tengah menggencarkan program kemandirian pangan melalui pengembangan produk pangan lokal. Salah satu yang menjadi unggulan adalah sorgum, yang diharapkan dapat menggantikan ketergantungan pada konsumsi beras impor. Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar, melalui Sekretarisnya, drh Indriantari, menyebutkan bahwa sorgum, yang dikenal sebagai superfood, memiliki potensi besar sebagai alternatif pengganti nasi yang lebih sehat dan bergizi.

“Sorgum bukan hanya sebagai bahan pangan, tetapi juga pakan ternak dan bahan baku industri. Kami bekerja sama dengan pelaku usaha sorgum di Jabar untuk memastikan produksi dan pemasaran produk lokal ini,” kata Indri. Sorgum, yang dalam bahasa ilmiah dikenal dengan nama Sorghum spp, kini tengah dipromosikan sebagai produk unggulan Jabar, dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar daerah.

Selain sorgum, Jawa Barat juga memiliki sejumlah produk pangan lokal lainnya yang kaya gizi, seperti jali (hanjeli) dari Sukabumi, ubi Cilembu dari Sumedang, serta beragam umbi-umbian dari Garut dan Bandung Raya. “Kami ingin agar masyarakat semakin mengenal dan mengonsumsi pangan lokal, dan para pelaku usaha pangan lokal semakin banyak berkembang,” tambah Indri.

Salah satu tantangan terbesar adalah mengubah kebiasaan masyarakat yang sudah terbiasa mengonsumsi nasi beras. Untuk itu, pemerintah provinsi mengajak masyarakat, terutama anak-anak sekolah, untuk mengenal lebih dekat keanekaragaman pangan lokal melalui program B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) Goes to School. “Kami berharap, dengan mengenalkan pangan lokal sejak dini, anak-anak akan membawa kebiasaan baru ini ke rumah mereka dan menginspirasi keluarga untuk lebih memilih pangan lokal,” ujar Indri.

Pemprov Jabar pun menggelar berbagai program untuk memperkenalkan pangan lokal kepada masyarakat, salah satunya dengan merayakan Hari Pangan Sedunia ke-44 pada 16 November 2024 di SOR Arcamanik. Dalam acara tersebut, masyarakat dapat menikmati berbagai produk pangan lokal, mengikuti pemeriksaan kesehatan, serta mendapatkan informasi tentang kampanye “Stop Boros Pangan” yang bertujuan meminimalisir sampah makanan.

Sorgum sendiri telah membuktikan potensi besar sebagai alternatif pangan yang sehat dan cepat diproduksi. Yudith Sri Wulandari, seorang pelaku bisnis sorgum di Jabar, mengungkapkan bahwa sorgum dapat dipanen dalam waktu hanya tiga bulan setelah penanaman. “Setiap hektar tanah menghasilkan 7 ton sorgum, dan kualitas produksinya lebih baik dibandingkan padi,” kata Yudith.

Sorgum, dengan indeks glikemik rendah, menjadi pilihan tepat untuk konsumsi seluruh usia, dari balita hingga lanjut usia. “Sorgum bukan hanya alternatif nasi, tapi juga sangat baik untuk kesehatan karena dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil,” ujar Yudith.

Dengan potensi luar biasa yang dimiliki sorgum dan produk pangan lokal lainnya, Jawa Barat optimistis dapat mewujudkan kemandirian pangan dan mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan luar daerah. Ke depannya, Jawa Barat bertekad untuk menjadi contoh provinsi yang tidak hanya mandiri pangan, tetapi juga mampu menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan untuk seluruh masyarakatnya.

Kekuatan Sorgum di Jawa Barat

Pelaku bisnis sorgum Jabar, Yudith Sri Wulandari mengatakan saat ini produksi sorgum tersebar di banyak titik. Kebanyakan hasil panen diperoleh dari Majalengka, Ciamis, Pangandaran, Cianjur, Sukabumi, dan Bogor.

“Di daerah tersebut banyak dan produksinya biasa di daerah panas. Produksinya kami beri bibit sebanyak 8 ton untuk Jabar, itu berarti ada 800 hektare yang sudah tersebar. Setiap 1 hektar menghasilkan 7 ton sorgum, dan ini produksinya lebih bagus dari padi,” kata Yudith.

Menurutnya, produksi sorgum di Indonesia punya potensi menarik. Sebab sorgum juga punya proses produksi yang terbilang cepat. Petani setelah supply benih, 3 bulan kemudian bisa panen dan menghasilkan prduksi turunannya. Selain itu, sorgum juga punya kelebihan sebagai bahan pangan yang lebih sehat.

“Sorgum itu merupakan senjata pangan. Dia bukan cuma substitusi sebagai salah satu produk unggulan Jabar. Sorgum bioguma ini sangat baik untuk dikonsumsi balita hingga manula. Sorgum ini juga indeksnya glilemiknya rendah,” ucap Yudith.

Yudith bercerita bahwa sudah menekuni usaha sorgum sejak tahun 2019. Saat itu, pada tahun 2018 akhir ia menemuian petani dan pegiat sorgum dan memintanya untuk mengolah. Ternyata, sorgum dapat diolah menjadi beras hingga tepung.