News  

Gunung Iye Ende NTT Masih Siaga, Warga Diminta Waspada

Gunung Iya - Panorama Gunung Iya di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, terlihat dari pesawat. FOTO: MI/Palce Amalo

RujukanDesa.com- Aktivitas vulkanik Gunung Iye di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) semakin intensif, dengan statusnya yang masih berada pada tingkat Siaga. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengonfirmasi bahwa sejak awal November 2024, gunung berapi yang terletak di bagian selatan Pulau Flores ini menunjukkan peningkatan aktivitas yang signifikan, termasuk terjadinya gempa vulkanik dan hembusan asap tipis ke atmosfer.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa Gunung Iye terus menunjukkan tanda-tanda potensi erupsi dengan aktivitas meningkat pada sektor timur dan puncaknya. Meskipun belum ada tanda-tanda letusan besar, namun masyarakat yang tinggal di sekitar kaki gunung diminta untuk tetap waspada dan mengikuti rekomendasi dari otoritas terkait.

Kenaikan status ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kegempaan yang menunjukkan adanya potensi bahaya bagi masyarakat di sekitar gunung tersebut. Menurut Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Gunung Iya yang berada pada ketinggian 637 meter di atas permukaan laut ini telah tercatat meletus beberapa kali sejak 1671, dengan erupsi terakhir pada 1969. Karakter erupsi gunung bertipe strato ini umumnya berupa letusan magmatik yang menghasilkan abu vulkanik, lontaran batu pijar, dan aliran lava. Berdasarkan pengamatan dari Pos Pemantauan Gunung Iya di Kabupaten Ende, terdeteksi adanya rekahan di sekitar kawah aktif yang dapat menyebabkan longsoran besar ke arah laut jika terjadi erupsi.

Aktivitas Kegempaan dan Visual Gunung Iya

Pemantauan dari 1 Oktober hingga 4 November 2024 mencatat adanya peningkatan aktivitas seismik dan visual. Secara visual, terlihat asap kawah utama yang berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal, mencapai ketinggian 300 meter dari puncak. Cuaca sekitar gunung tercatat bervariasi dari cerah hingga hujan, dengan suhu udara antara 23–39°C. Berdasarkan data kegempaan, aktivitas seismik didominasi oleh Gempa Tremor Harmonik, Gempa Vulkanik Dalam, dan Gempa Vulkanik Dangkal. Peningkatan signifikan dalam aktivitas ini terjadi sejak Agustus 2024, yang mengindikasikan adanya tekanan dalam tubuh gunung akibat aktivitas magmatik, serta kemungkinan migrasi magma dari kedalaman menuju permukaan. “Gempa-gempa dangkal mulai terdeteksi sejak 16 Oktober 2024, menandakan adanya peningkatan tekanan magma yang menuju permukaan. Hal ini berpotensi memicu erupsi,” ungkap Dr. Ir. Muhammad Wafid A.N., M.Sc., Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM melalui rilisnya.

Rekomendasi untuk Masyarakat dan Pemerintah Daerah

Sehubungan dengan peningkatan status ini, masyarakat di sekitar Gunung Iya serta pengunjung diminta untuk tidak mendekati radius 3 kilometer dari kawah aktif, baik untuk aktivitas darat maupun laut. Larangan ini juga berlaku untuk area sekitar lubang tembusan gas yang berpotensi menghasilkan gas beracun.

Masyarakat diimbau tetap tenang, tidak mudah terpancing isu-isu erupsi yang tidak jelas sumbernya, serta selalu mengikuti arahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ende dan BPBD Provinsi NTT. Di sisi lain, pemerintah daerah beserta BPBD juga diinstruksikan untuk terus berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) guna memantau dan merespons perkembangan terkini terkait aktivitas Gunung Iya. Informasi mengenai status gunung ini dapat diakses melalui situs resmi Badan Geologi, media sosial PVMBG, dan aplikasi Magma Indonesia.

Pantauan dan Evaluasi Terus Dilakukan

Badan Geologi akan terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Iya, dan statusnya akan ditinjau kembali jika terjadi perubahan visual atau peningkatan kegempaan yang signifikan. Bagi masyarakat yang membutuhkan informasi lebih lanjut, disarankan untuk mengakses situs resmi atau media sosial PVMBG.

Dampak pada Aktivitas Sehari-hari

Peningkatan aktivitas Gunung Iye juga mulai mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. Sebagian petani yang mengandalkan hasil pertanian seperti kopi dan cengkeh terpaksa menunda panen mereka, mengingat abu vulkanik yang dapat merusak tanaman. Warga juga mulai mengurangi kegiatan luar ruangan untuk menghindari paparan abu yang berpotensi mengganggu kesehatan.

Namun, sebagian besar warga tetap berusaha melanjutkan kegiatan ekonomi mereka, dengan tetap mematuhi protokol keselamatan yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah dan pihak terkait memberikan masker dan obat-obatan untuk melindungi kesehatan warga.