News  

Agroforestri Intensif: Solusi Ketahanan Pangan dan Krisis Iklim

Pembicara dalam acara terkait agroforestri intensif yang digelar Tropenbos Indonesia, Rabu (4/12/2024). (KOMPAS.com/ZINTAN PRIHATINI)

RujukanDesa.com- Agroforestri intensif telah muncul sebagai solusi potensial dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan dan krisis iklim di Indonesia. Menurut peneliti dari Tropenbos Indonesia, Hery Santoso, agroforestri intensif lebih dari sekadar rehabilitasi lahan dan pemenuhan kebutuhan pangan. Ini merupakan pendekatan yang mengarah pada usaha komersial berkelanjutan yang berfokus pada peningkatan produktivitas dan keuntungan jangka panjang. “Jika kita mengarah ke agroforestri intensif, kita bisa mengatasi beberapa masalah yang selama ini membatasi, seperti produktivitas rendah, kelembagaan yang lemah, dan akses pasar yang terbatas,” ujar Hery pada acara Mengarusutamakan Agroforestri Intensif yang diselenggarakan oleh Tropenbos Indonesia di Jakarta Pusat, Rabu (4/12/2024).

Agroforestri adalah sistem pertanian yang menggabungkan tanaman kayu, pangan, dan komoditas komersial seperti kopi, karet, kakao, serta rempah-rempah. Hery menjelaskan bahwa intensifikasi dalam agroforestri berfokus tidak hanya pada peningkatan input, tetapi juga pada pemahaman yang lebih baik tentang sistem pertanian campuran dan dampaknya terhadap perubahan iklim. “Tujuan intensifikasi adalah untuk memperkenalkan pengetahuan yang mendalam mengenai cara-cara yang lebih efisien dalam mengelola agroforestri, sehingga bisa menghasilkan lebih banyak dengan dampak lingkungan yang lebih kecil,” tambah Hery.

Selama ini, agroforestri lebih banyak diterapkan dalam skala pertanian keluarga atau family farming. Namun, agroforestri intensif dipandang sebagai sebuah langkah maju yang tidak hanya fokus pada metode konvensional, tetapi juga berorientasi pada inovasi dan keberlanjutan. Riset yang dilakukan oleh Kelompok Kerja Pengembangan Agroforestri (KKPA) menunjukkan bahwa agroforestri intensif memiliki potensi besar dalam meningkatkan produktivitas dan keuntungan petani, yang sering kali masih rendah. “Dengan mengkombinasikan tanaman produktif seperti sawit atau kakao, agroforestri intensif dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dan menguntungkan bagi petani,” ujar Hery.

Hery juga menekankan bahwa krisis iklim tidak dapat diatasi hanya dengan agroforestri konvensional, karena pertumbuhannya yang lambat dan kurang efektif dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin ekstrem. “Agroforestri intensif dapat memberikan solusi yang lebih cepat dan lebih efektif. Namun, tentu saja, ini membutuhkan upaya yang lebih besar dan pendekatan yang lebih serius,” katanya.

Tiga faktor penting yang diperlukan untuk mewujudkan agroforestri intensif adalah kebijakan yang mendukung, teknologi dan pengetahuan yang memadai, serta kelembagaan yang kuat. KKPA menyatakan bahwa agroforestri selama ini sering dianggap sebagai program sektoral yang terbatas pada rehabilitasi lahan, khususnya di sektor kehutanan. Hal ini membuatnya kurang mendapatkan perhatian dan investasi dalam hal pengembangan teknologi atau varietas baru yang dapat meningkatkan hasil pertanian.

“Masih banyak keterbatasan dalam hal riset dan pengembangan varietas yang diperuntukkan bagi agroforestri. Ini menghambat potensi agroforestri sebagai sektor yang lebih produktif dan berkelanjutan,” ungkap para peneliti. Selain itu, mereka mencatat bahwa hampir semua praktek agroforestri di Indonesia saat ini didorong oleh kelembagaan keluarga, yang membatasi potensi untuk berkembang menjadi usaha yang lebih besar atau bisnis yang lebih profesional.

Pentingnya penguatan kelembagaan ini juga ditegaskan oleh Hery, yang menyatakan bahwa untuk mengembangkan agroforestri intensif sebagai usaha yang lebih luas, diperlukan perubahan dalam cara pandang dan dukungan kelembagaan yang lebih kuat. “Pengembangan unit produksi agroforestri yang lebih besar dan berkelanjutan sangat penting agar agroforestri intensif bisa berkembang dan menghasilkan manfaat ekonomi yang lebih besar,” tambahnya.

Dengan adanya fokus pada agroforestri intensif, Indonesia dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, sekaligus meningkatkan ketahanan pangan dan mendukung perekonomian petani. Pendekatan ini tidak hanya memberikan solusi bagi masalah produktivitas, tetapi juga membantu meningkatkan kesejahteraan petani, meminimalkan dampak lingkungan, dan menciptakan sektor pertanian yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan.

Agroforestri intensif menawarkan pendekatan yang lebih holistik untuk memanfaatkan potensi alam secara maksimal, dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara keberlanjutan ekologis dan keuntungan ekonomi. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, teknologi yang lebih canggih, dan penguatan kelembagaan, agroforestri intensif bisa menjadi salah satu kunci utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak.

Exit mobile version