Dampak Kehadiran Perusahaan Nikel Terhadap Ekonomi Desa Pulau Obin

Foto: Achmad Dwi/Detikcom

RujukanDesa.com- Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara, membawa dampak luar biasa terhadap perekonomian desa sekitar, khususnya Desa Kawasi, yang mengalami pertumbuhan ekonomi dan populasi yang cepat. Fenomena ini dikenal dengan istilah boomtown, yang menggambarkan sebuah kota atau komunitas yang berkembang pesat dalam waktu singkat, baik dari sisi jumlah penduduk maupun aktivitas ekonomi.

Ekonomi Desa Meningkat Dua Kali Lipat

Menurut Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM), Agung Satriyo Nugroho, dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2016, pasca-hilirisasi nikel, Desa Kawasi mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Ia menyebut bahwa lahan terbangun dan jumlah penduduk meningkat dua kali lipat dalam waktu yang relatif singkat akibat migrasi yang dipicu oleh aktivitas hilirisasi nikel.

“Secara pemukiman sudah terjadi boomtown, dua kali lipat luar biasa dalam waktu singkat,” kata Agung dalam acara Bisnis Indonesia Forum pada 7 November 2024.

Perubahan Drastis di Sektor Ekonomi

Hilirisasi nikel tidak hanya mengubah struktur pemukiman, tetapi juga sektor non-tambang, seperti perdagangan dan jasa. Agung mencatat, jumlah toko di Desa Kawasi melonjak drastis dari hanya 17 unit pada 2014 menjadi 152 unit pada 2024. Jumlah restoran pun mengalami lonjakan signifikan, dari tidak ada pada 2014 menjadi 38 unit pada 2024.

Peningkatan jumlah toko dan restoran ini menunjukkan betapa pesatnya aktivitas ekonomi yang terjadi akibat hadirnya perusahaan-perusahaan tambang dan pekerja yang bermigrasi ke desa tersebut. Banyak warga lokal yang membuka usaha untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berkembang pesat, mulai dari warung makan hingga toko kebutuhan sehari-hari.

Kebutuhan Fasilitas Umum yang Belum Tersedia

Namun, meskipun ada peningkatan ekonomi yang signifikan, Agung mengingatkan bahwa pertumbuhan tersebut perlu diimbangi dengan peningkatan fasilitas umum yang memadai. Desa Kawasi masih kekurangan berbagai fasilitas seperti bidan, dokter, guru SD, balai warga, posyandu, serta praktik dokter yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

“Jika fasilitas-fasilitas tersebut bisa terpenuhi, Desa Kawasi diprediksi akan berkembang lebih pesat dan bisa mencapai status hierarki I, yang setara dengan ibu kota kabupaten,” tambah Agung.

Hilirisasi Nikel dan Peran Harita Group

Proses hilirisasi nikel di Pulau Obi diinisiasi oleh Harita Group, yang telah beroperasi di wilayah tersebut sejak 2010. Harita mengelola lebih dari 5.500 hektare wilayah tambang di Pulau Obi, dengan beberapa fasilitas pemrosesan nikel, termasuk smelter berbasis HPAL yang mengolah nikel kadar rendah. Hal ini mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk menjadi bagian dari rantai pasok baterai kendaraan listrik global.

Melalui ekosistem industri nikel yang dibangun di Pulau Obi, Harita Group juga turut menggerakkan perekonomian daerah dengan mendirikan beberapa perusahaan pengolahan nikel, termasuk PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) dan PT Obi Nickel Cobalt, yang memproduksi nikel dan kobalt untuk kendaraan listrik.

Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Hadirnya perusahaan tambang dan pemrosesan nikel milik Harita tidak hanya berdampak pada sektor tambang, tetapi juga membuka peluang bisnis baru bagi masyarakat sekitar. Saat ini, sekitar 65 pemasok lokal yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan aktivitas tambang Harita mencatatkan omzet sekitar

Rp11 miliar per bulan.

Dari sini, terlihat bahwa hilirisasi nikel memberikan manfaat ekonomi yang luas bagi masyarakat Pulau Obi dan sekitarannya. Keberadaan perusahaan-perusahaan nikel telah merangsang munculnya berbagai usaha lokal yang turut mendukung perkembangan perekonomian daerah.

Hilirisasi nikel di Pulau Obi bukan hanya mendorong pertumbuhan ekonomi yang pesat, tetapi juga menciptakan tantangan baru terkait dengan pengelolaan fasilitas publik dan pembangunan infrastruktur. Untuk memastikan perkembangan yang berkelanjutan, perlu adanya upaya lebih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan fasilitas umum serta meningkatkan kualitas hidup warga desa yang berkembang pesat ini. Seiring dengan kontribusi sektor nikel terhadap perekonomian lokal, Desa Kawasi dan wilayah sekitarnya berpotensi menjadi pusat ekonomi baru di Maluku Utara.

Tantangan Sosial dan Lingkungan

Namun, di balik dampak positifnya, hadirnya perusahaan nikel juga menimbulkan sejumlah tantangan yang tidak bisa diabaikan. Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat. Banyak warga desa yang sebelumnya berprofesi sebagai petani atau nelayan beralih menjadi pekerja tambang. Sementara itu, sektor-sektor tradisional seperti pertanian dan perikanan mengalami penurunan, karena sebagian besar lahan pertanian terpaksa dialihfungsikan untuk aktivitas pertambangan.

Selain itu, masalah lingkungan menjadi sorotan utama di kalangan masyarakat dan kelompok pemerhati lingkungan. Aktivitas tambang yang intensif mengancam kelestarian lingkungan sekitar, termasuk kerusakan ekosistem laut dan darat. Pencemaran air, udara, dan lahan akibat limbah tambang menjadi kekhawatiran yang semakin meningkat. Masyarakat khawatir jika kerusakan lingkungan terus berlanjut, maka hasil pertanian dan perikanan mereka akan terancam, bahkan berdampak pada kualitas hidup jangka panjang.

Ketimpangan Sosial dan Ekonomi

Meski banyak warga yang mendapatkan pekerjaan di perusahaan tambang, dampak ketimpangan sosial juga mulai terasa. Para pekerja tambang, terutama yang berasal dari luar daerah, mendapatkan penghasilan lebih besar dibandingkan dengan penduduk lokal yang bekerja di sektor informal. Hal ini menyebabkan kesenjangan ekonomi di desa-desa sekitar Pulau Obin semakin lebar. Banyak warga asli desa merasa terpinggirkan, bahkan sebagian di antaranya merasa terpaksa bergantung pada perusahaan untuk bertahan hidup.

“Kalau dilihat dari sisi ekonomi, ada kemajuan. Tapi, banyak juga warga yang merasa kesulitan karena semakin mahalnya harga barang dan meningkatnya biaya hidup akibat banyaknya orang luar yang datang,” ujar Sulastri, seorang ibu rumah tangga di Desa Obin.