RujukanDesa.com- Desa Cikoneng di Kabupaten Bogor, Jawa Barat telah lama menjadi pusat produksi kopi. Namun, selama bertahun-tahun, petani di desa ini menghadapi berbagai masalah yang menghambat produktivitas dan kesejahteraan mereka. Kondisi tanah yang tidak sehat, penggunaan pupuk yang tidak tepat, dan minimnya akses terhadap bimbingan pertanian menjadi tantangan utama yang harus dihadapi. Atam Gutama, Wakil Ketua Badan Pengurus Daerah AEKI DKI Jakarta dan Ketua Yayasan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Java Robusta Kopi Bogor, menjelaskan bahwa situasi petani kopi di Cikoneng sangat memprihatinkan sebelum adanya perubahan.
Salah satu tantangan terbesar adalah rendahnya produktivitas karena tanah yang tidak sehat dan kurangnya edukasi terkait teknik budidaya yang efektif. Para petani sering kali menggunakan pupuk dan pestisida yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanah, yang akhirnya merusak ekosistem dan menurunkan kualitas kopi.
Masalah lain yang dihadapi adalah ketergantungan pada penyuluh pertanian yang harus menangani banyak komoditas di berbagai wilayah. Hal ini menyebabkan petani kopi di Cikoneng kekurangan bimbingan khusus untuk meningkatkan hasil kebun mereka. Kondisi ini berdampak pada rendahnya pendapatan petani, yang akhirnya membuat banyak dari mereka beralih ke tanaman lain yang dianggap lebih menguntungkan.
Inovasi lain yang diterapkan adalah mengurangi penggunaan pestisida kimia yang berbahaya dengan memanfaatkan kemampuan alami tanaman untuk memproduksi antibodi sendiri. Atam juga menjelaskan, tanaman yang sehat mampu melindungi diri dari serangan hama tanpa harus bergantung pada pestisida. Ini tidak hanya membuat pertanian lebih ramah lingkungan, tetapi juga mengurangi biaya produksi secara signifikan.
Peningkatan Kesejahteraan Petani Kopi
Salah satu dampak paling signifikan dari transformasi pertanian kopi di Desa Cikoneng adalah peningkatan kesejahteraan petani. Sebelum adanya kehadiran dari AEKI dan Astra, petani kopi di desa ini berjuang dengan pendapatan yang rendah. Atam Gutama (55) , Wakil Ketua Badan Pengurus Daerah AEKI DKI Jakarta dan Ketua Yayasan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Java Robusta Kopi Bogor, menjelaskan bahwa langkah pertama dalam memulai transformasi di Desa Cikoneng adalah fokus pada perbaikan tanah yang sudah terdegradasi.
Atam dan timnya, bersama dengan Astra, bekerja sama dengan para peneliti untuk memperbaiki kualitas tanah menggunakan pendekatan organik. Program ini mulai diterapkan pada tahun 2022 melalui program Desa Sejahtera Astra. Dengan peningkatan produktivitas yang signifikan dan biaya produksi yang lebih rendah, petani kopi sekarang bisa menikmati hasil yang lebih besar. “Sebelumnya, kami mengeluarkan banyak biaya untuk pupuk dan pestisida, tetapi sekarang dengan pendekatan organik, biaya produksi jauh lebih rendah. Ini membuat margin keuntungan lebih besar,” tambah Atam.
Regenarasi Petani Menarik Minat Generasi Muda
Sebelum perubahan ini, salah satu tantangan besar di Desa Cikoneng adalah rendahnya minat generasi muda untuk melanjutkan usaha pertanian keluarga. Banyak anak muda yang lebih memilih bekerja di kota atau industri lain karena merasa pertanian kopi tidak menguntungkan.
Namun menariknya, keberhasilan program ini nampaknya mengubah persepsi tersebut. Mulai terlihat regenerasi petani muda yang kian tertarik untuk menggeluti industry ini setelah melihat adanya peluang besar setelah terjadi transformasi pertanian kopi Desa Cikoneng. “Sekarang, setelah mereka melihat hasil nyata dari transformasi ini, banyak anak muda yang mulai tertarik kembali ke kebun kopi, regenerasi petani ini sangat penting untuk masa depan Desa Cikoneng dan keberlanjutan produksi kopi di sana ” ujar Atam.
Program yang diterapkan di Desa Cikoneng tidak hanya membantu meningkatkan pendapatan, tetapi juga memberikan edukasi kepada petani muda. Mereka diajari teknik pertanian modern, cara mengelola kebun secara lebih efektif, dan pemahaman tentang bagaimana kopi berkualitas tinggi dapat dijual di pasar lokal maupun internasional.
Menyambut hal ini, Atam juga berharap lebih banyak anak muda yang tertarik untuk terjun kembali ke dunia pertanian mengingat adanya potensi besar di sana. Peningkatan pendapatan di kalangan petani kopi juga membawa dampak positif pada status sosial mereka di masyarakat. Sebelumnya, petani kopi sering dianggap sebagai pekerjaan yang kurang menguntungkan, tetapi dengan adanya lonjakan pendapatan, status sosial petani juga ikut meningkat. Selain itu, program ini juga berfokus pada pemberian edukasi bagi petani, baik tua maupun muda. Dengan edukasi ini, para petani tidak hanya menjadi lebih mandiri, tetapi juga mampu menjaga keseimbangan antara produktivitas dan keberlanjutan lingkungan.