Menyambangi Para Pengrajin Tanah Liat di Desa Abar, Papua

Pengrajin Tana Liat (int)

RujukanDesa.com — Abar adalah salah satu dari 24 desa adat yang berdiam di sekitar Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Desa ini terkenal dengan kerajinan Sempe, sebuah produk kerajinan yang terbuat dari tanah liat. Saat memasuki Desa Abar, kita disambut dengan sapaan hangat “Onomi Foimoi” yang berarti selamat datang. Suasana hangat dan ramah ini seolah menggambarkan betapa dekatnya hubungan masyarakat desa dengan pengunjung.

Eksistensi Desa Abar sebagai pusat penghasil kerajinan telah terkenal tidak hanya di Papua, tetapi juga di luar wilayahnya. Sementara Desa Asey dikenal dengan lukisan kulit kayunya, Desa Abar telah menciptakan identitas unik melalui produk gerabahnya. “Satu-satunya desa yang punya tanah liat sebagai bahan kerajinan,” jelas Samuel, guide kami dari Sentani Lake Tour. Tanah liat ini tidak hanya dimanfaatkan di sekitar Danau Sentani, tetapi juga dikirim ke berbagai pulau lainnya, bahkan hingga luar Papua.

Setelah menyaksikan pertunjukan tari Onomi Foimoi, rombongan kami mulai menjelajahi desa ini. Kepala Suku, yang menyambut kami dengan hangat, menjelaskan tentang kehidupan sehari-hari masyarakat di desa ini yang memiliki populasi hanya 108 jiwa. “Ini adalah desa kecil dengan nama besar,” ungkapnya, menegaskan betapa besar pengaruh kerajinan dari Abar di Papua.

Kami melanjutkan perjalanan ke pinggir pulau di mana seorang mamak, Estikabei, sedang asyik menguleni adonan tanah liat di teras rumahnya. Dengan gerakan yang lincah dan terampil, ia menunjukkan keahliannya dalam membuat kerajinan. “Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu kerajinan?” tanya saya, terpesona melihat proses tersebut. “Nggak sampai satu jam,” jawab Estikabei sambil tersenyum. Ternyata, keterampilan ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Abar.

Selanjutnya, kami beranjak ke lokasi yang lebih tinggi di desa. Di sana terdapat rumah pembuatan gerabah yang menggunakan metode lebih modern. Di tempat ini, proses pembuatan Sempe menggunakan alat pemutar yang memungkinkan pengrajin menghasilkan produk dalam jumlah lebih banyak dan lebih cepat. “Ini untuk membantu melestarikan Sempe. Apalagi banyak pesanan, jadi bikinnya harus lebih banyak. Dengan alat pemutar ini, prosesnya jadi lebih efisien,” ungkap salah satu pengrajin yang bekerja di sana.

Sempe khas Desa Abar memiliki beragam warna yang menarik, tergantung dari lokasi pengambilan tanah liat. Ada warna merah, kuning, hitam, cokelat, dan juga hitam kekuningan. Keunikan warna-warna ini baru akan terlihat setelah proses pembakaran selesai dilakukan. Proses pembakaran dilakukan di depan rumah pembuatan gerabah tersebut, dengan oven yang terbuat dari batu bata berukuran besar dan tinggi. Oven ini mampu membakar hingga 2.000 Sempe dalam satu kali proses!

Proses pembakaran adalah tahap penting dalam pembuatan Sempe. Di sinilah keajaiban terjadi, ketika warna-warni tanah liat berpadu menjadi bentuk-bentuk indah yang siap untuk dipasarkan. Wisatawan yang datang ke Desa Abar memiliki kesempatan untuk membeli atau memesan Sempe sebagai oleh-oleh. Produk kerajinan ini menjadi cinderamata yang tak hanya bernilai estetik, tetapi juga mencerminkan budaya dan tradisi lokal.

Mengunjungi Desa Abar tidak hanya memberikan pengalaman berharga, tetapi juga kesempatan untuk memahami lebih dalam tentang kehidupan masyarakat adat Papua. Para pengrajin Sempe di desa ini tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa menghilangkan identitas budaya mereka.

Kegiatan kerajinan ini tidak hanya menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara mereka. Setiap proses pembuatan Sempe melibatkan kolaborasi dan saling belajar antar anggota keluarga dan komunitas. Dalam setiap produk yang dihasilkan, terdapat cerita dan sejarah yang menghubungkan generasi demi generasi.

Masyarakat Desa Abar juga berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan. Mereka memahami bahwa tanah liat yang mereka ambil dari alam harus dikelola dengan bijak agar tidak mengganggu keseimbangan ekosistem. Pendidikan tentang pentingnya keberlanjutan dan pelestarian sumber daya alam menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.

Dalam kesederhanaan desa ini, terdapat kekayaan budaya yang patut dihargai. Desa Abar adalah contoh nyata bagaimana tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan. Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Danau Sentani, jangan lewatkan kesempatan untuk menyambangi desa ini. Temukan keindahan kerajinan Sempe dan rasakan kehangatan sambutan masyarakatnya. Desa kecil ini menyimpan banyak kisah dan keindahan yang menunggu untuk dijelajahi.